Sigli – Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pidie menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Penguatan Deteksi Dini Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan” pada Senin (30/6/2025) di Aula PLHUT Kankemenag Pidie. Acara ini menghadirkan 22 Ketua Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Islam se-Kabupaten Pidie yang tergabung dalam wadah silaturrahmi dan sinergi antar umat beragama.
Acara dibuka oleh Kepala Kankemenag Pidie, Dr H Abdullah AR MAg. dan menghadirkan tiga pemateri utama yang membedah fenomena sosial-keagamaan yang berkembang di tengah masyarakat serta urgensi peran ormas dalam menjaga harmoni dan mencegah potensi konflik. Senin (30 Juni 2025)
Pemateri I Kepala Badan Kesbangpol Pidie, T. Iqbal, M.Si. Dalam paparannya, T. Iqbal menekankan pentingnya sinergitas antara pemerintah daerah dan ormas Islam dalam mendeteksi potensi konflik sosial yang berbasis keagamaan. Menurutnya, pendataan dan pembinaan ormas harus menjadi langkah awal dalam menciptakan stabilitas sosial.
“Data ormas yang akurat dan terverifikasi adalah fondasi dalam mitigasi konflik. Kesbangpol siap bersinergi dengan semua pihak, termasuk Kemenag dan FKUB,” ujar Iqbal.
Pemateri II: Kepala Dinas Syariat Islam Pidie, Fazli, M.Si. memaparkan sejumlah tantangan aktual yang dihadapi masyarakat Pidie, antara lain tingginya angka perceraian yang mencapai 497 kasus sepanjang 2024, dengan 388 di antaranya merupakan gugat cerai. Selain itu, ia menyoroti maraknya kasus LGBT, penyalahgunaan narkoba, pelanggaran syariat dalam berpakaian, hingga fenomena open BO yang mulai terdeteksi di kalangan remaja.
“Konflik keagamaan tidak selalu muncul dalam bentuk kekerasan antar kelompok, namun juga dalam bentuk keretakan nilai moral dan sosial. Ini harus kita deteksi lebih dini,” terang Fazli.
Pemateri III: Rais Syuriah NU Pidie, Tgk. H. Jafar (Waled Tangse). Sebagai tokoh ulama kharismatik, Waled Jafar mengajak seluruh ormas Islam untuk memperkuat ukhuwah dan menjadi pilar penyejuk di tengah potensi konflik. Ia mengangkat hikmah sejarah dari perselisihan antara suku Aus dan Khazraj di Madinah sebelum kedatangan Rasulullah SAW.
“Konflik bisa disulut oleh adu domba, tetapi bisa pula dipadamkan dengan ukhuwah dan hikmah. Nabi SAW menyatukan Aus dan Khazraj dalam semangat Anshar. Inilah tugas kita hari ini, menyatukan umat dalam semangat kasih dan dakwah yang bijak,” pesannya penuh haru.
Beliau juga menekankan pentingnya ormas menjadi “Hād Wasāṭ” (perantara yang adil) antara umat dan pemerintah, serta menyoroti rendahnya partisipasi perangkat gampong dalam majelis taklim yang ada di desa-desa.
Kegiatan ini menjadi momen penting memperkuat sinergi antara Kementerian Agama, Pemerintah Daerah, dan elemen masyarakat melalui Ormas Islam dalam menjaga kerukunan dan mendeteksi potensi konflik sosial yang kian kompleks. Peserta FGD berasal dari berbagai organisasi seperti NU, Muhammadiyah, Al-Wasliyah, ISNU, DDI, PERTI, FKUB, Tastafi, HUDA, MUNA, Sirrul Mubtadin, APRI, IPARI, dan lainnya.
Dengan semangat “Ukhuwah Islamiyah, Wathaniyah, dan Insaniyah”, FGD ini diharapkan menjadi fondasi kuat dalam menjaga Pidie sebagai daerah yang damai, religius, dan sejuk dalam perbedaan.(**)