Scroll untuk baca artikel
AcehBENER MERIAHBerita

PSJN Bener Meriah Gelar Sosialisasi Sejarah Kesenian Ebeg Banyumas: Warisan Budaya yang Tetap Hidup

33
×

PSJN Bener Meriah Gelar Sosialisasi Sejarah Kesenian Ebeg Banyumas: Warisan Budaya yang Tetap Hidup

Sebarkan artikel ini

0:00

Bener Meriah, Satupena.co.id.  Banyumas, salah satu daerah di Jawa Tengah yang kaya akan budaya, memiliki seni tradisional unik dan sarat makna, yaitu Ebeg. Seni tari yang menggunakan properti kuda kepang ini memiliki kemiripan dengan Kuda Lumping dari daerah lain, namun tetap memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya.

Sebagai upaya pelestarian seni tradisional ini, Pasukan Senang Jaranan Nusantara (PSJN) Kabupaten Bener Meriah menggelar sosialisasi sejarah kesenian Ebeg Banyumas. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya nusantara.

Acara yang di rangkum dengan buka puasa bersama di bulan Ramadan tersebut berlangsung di Desa Suka Makmur Indok, Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah pada Minggu 9 Maret 2025 dan dihadiri oleh anggota PSJN Bener Meriah, Ketua Pujakesuma Bener Meriah Puji Prasetyo sejumlah sesepuh seni pengiat seni lainnya.

Dalam sambutannya, Puji Prasetyo, Ketua Puskesuma Kabupaten Bener Meriah, menekankan pentingnya persatuan dalam melestarikan berbagai kesenian tradisional, seperti kuda kepang (Ebeg), campursari, dan wayang kulit. Ia menyatakan bahwa budaya merupakan identitas bangsa yang harus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Baca juga Artikel ini :   Pj. Sekda Khairmansyah Koordinasikan laporan Pemda ke Ditjen Otda

Lebih lanjut, Puji juga menegaskan perlunya organisasi yang legal sebagai wadah bagi para pegiat seni untuk berkumpul dan berkontribusi dalam pelestarian budaya Jawa.

Asal Usul dan Sejarah

Ebeg diperkirakan telah ada sejak zaman kerajaan di Jawa, bahkan sebelum masuknya Islam. Kesenian ini berkembang sebagai bagian dari ritual kepercayaan animisme dan dinamisme masyarakat setempat. Dalam pertunjukannya, para penari Ebeg menampilkan gerakan dinamis yang kadang membawa mereka ke dalam kondisi trance (kesurupan), yang dipercaya sebagai bentuk komunikasi dengan roh leluhur atau kekuatan gaib.

Pada masa penjajahan, Ebeg tidak hanya menjadi hiburan rakyat, tetapi juga simbol perlawanan masyarakat Banyumas terhadap kolonialisme. Melalui pertunjukan ini, mereka mengekspresikan semangat juang dan kebersamaan. Seiring waktu, unsur mistis dalam Ebeg mulai berkurang, dan kesenian ini lebih difokuskan sebagai sarana hiburan serta pelestarian budaya.

Baca juga Artikel ini :   Pj Bupati Jombang Peringati Hari Disabilitas Internasional di Area Wisata Religi

Ciri Khas Ebeg Banyumas

1. Gerakan Tari

Gerakan dalam Ebeg lebih kasar dan enerjik dibandingkan dengan Kuda Lumping dari daerah lain. Para penari menampilkan gerakan menunggang kuda kepang, meloncat-loncat, serta sesekali berinteraksi dengan penonton.

2. Musik Pengiring

Ebeg diiringi oleh gamelan sederhana yang disebut bendhe. Instrumen utama yang digunakan meliputi kendang, saron, gong, dan angklung, yang menghasilkan irama khas dan berulang-ulang, sehingga dapat membuat penari memasuki kondisi trance.

3. Properti dan Kostum

Para penari menggunakan properti utama berupa kuda kepang yang terbuat dari anyaman bambu. Kostum mereka biasanya mencolok dengan aksesoris khas seperti ikat kepala, gelang kaki, dan pakaian tradisional yang mencerminkan karakter gagah seorang prajurit.

4. Unsur Trance (Kesurupan)

Dalam pertunjukan tradisional, penari yang mengalami trance sering melakukan aksi ekstrem, seperti memakan beling atau berjalan di atas bara api. Namun, unsur ini kini mulai dikurangi demi alasan keamanan dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Baca juga Artikel ini :   Pangdam IM didampingi Ketua Persit KCK Daerah IM sambut Kasad dan Ketua Umum Persit KCK di Bandara Malikusaleh

Pelestarian dan Tantangan

Di era modern, keberadaan Ebeg semakin tergerus oleh perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat. Namun, berbagai komunitas seni di Banyumas terus berupaya melestarikan Ebeg melalui festival budaya, pertunjukan di acara adat, hingga adaptasi ke dalam bentuk seni yang lebih modern. Pemerintah daerah juga turut mendukung upaya ini dengan memasukkan Ebeg sebagai bagian dari Warisan Budaya Takbenda Indonesia.

Meski menghadapi berbagai tantangan, Ebeg tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya Banyumas. Seni tradisional ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan rakyat, tetapi juga sebagai sarana untuk memahami nilai-nilai tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Dengan adanya sosialisasi sejarah Ebeg oleh PSJN Kabupaten Bener Meriah, diharapkan kesenian ini tetap lestari dan semakin dikenal oleh masyarakat luas, baik di dalam maupun luar daerah Banyumas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *