Aceh Timur, Satupena.co.id.- Siang itu, RSUD dr. Zubir Mahmud Aceh Timur menjadi saksi bisu kekuatan sebuah persaudaraan yang tak terikat status, profesi, atau wilayah. Di tengah kondisi kesehatannya yang menurun, Zulkifli Aneuk Syuhada menerima kehadiran orang-orang terdekat yang datang dari berbagai penjuru dengan satu tujuan: memberikan semangat dan doa untuk kesembuhannya.Selasa, 13 Mei 2025.
Turut hadir Camat Pantee Bidari, Darkasyi, SE, memimpin langsung rombongan aparatur dari Kantor Camat dan perangkat desa. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa dukungan moral dari unsur pemerintahan tak pernah surut bagi sosok yang dikenal sebagai jurnalis dan aktivis sosial itu.
Tidak ketinggalan, Mahmudin, ST, anggota DPRK Aceh Timur dari Fraksi PKB dapil 4, juga meluangkan waktunya untuk datang langsung ke ruang perawatan. Sikapnya menjadi simbol kepedulian lintas profesi terhadap perjuangan Zulkifli.
Yang paling menyentuh, kehadiran para sahabat dari lintas kabupaten. Abdurrahman, Keuchik Gampong Meunasah Blang, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara, datang bersama sang istri. Mereka rela menempuh perjalanan jauh demi menjenguk seseorang yang mereka anggap sebagai saudara sendiri.
“Jarak tidak penting bagi kami. Yang penting Zulkifli tahu, dia tidak sendiri dalam sakitnya,” ujar Abdurrahman sambil menggenggam tangan Zulkifli penuh kehangatan.
Suasana semakin haru saat Muzakir HRD, Keuchik Keude Baroe sekaligus mantan Ketua Forum Keuchik Kecamatan Pantee Bidari, turut hadir. Ia menyampaikan bahwa Zulkifli bukan hanya sekadar jurnalis, melainkan juga jembatan suara rakyat kecil yang selalu hadir dengan kepedulian.
Tak kalah hangat, kehadiran Tarmizi, SH, S.Sos.I, MA, dosen STIS Peureulak dan Fakultas Dakwah Langsa, membawa semangat intelektual dan spiritual. Ia datang bersama dua wartawan senior Aceh Timur, Sanusi Madli dan Farhan, yang membawa cerita-cerita penguat serta doa untuk rekannya sesama pewarta.
Dalam suasana penuh empati, Zulkifli yang tengah terbaring lemah, sesekali tersenyum. Matanya berkaca-kaca, menyadari begitu banyak tangan terulur tulus untuknya.
“Semua yang hadir di sini adalah energi untuk saya bangkit. Saya tidak pernah menyangka, dalam kondisi seperti ini saya dikelilingi oleh orang-orang yang tulus,” ucap Zulkifli lirih, dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Di ruangan perawatan yang sederhana itu, tak ada sekat antara pejabat, akademisi, jurnalis, atau warga desa. Mereka duduk bersama, berbagi cerita, semangat, dan harapan. Hari itu menjadi bukti nyata bahwa solidaritas sejati tak butuh panggung besar—cukup dengan hati yang hadir.