BeritaJAKARTANasional

Potensi Reshuffle Kabinet: Dr. Iswadi Dorong Fuad Bawazier Gantikan Sri Mulyani

37
×

Potensi Reshuffle Kabinet: Dr. Iswadi Dorong Fuad Bawazier Gantikan Sri Mulyani

Sebarkan artikel ini

0:00

Jakarta – Gelombang wacana reshuffle kabinet kembali mencuat menjelang tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Di tengah tekanan publik terhadap efektivitas kinerja menteri menteri utama, muncul satu nama yang kembali menjadi sorotan: Sri Mulyani Indrawati. Menteri Keuangan dua periode ini kini berada dalam pusaran spekulasi, di mana posisinya disebut sebut akan digantikan oleh tokoh senior ekonomi politik, Fuad Bawazier.

Salah satu yang secara terbuka mendorong kemungkinan ini adalah Dr. Iswadi, Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI). Dalam pernyataannya kepada media, ia menilai bahwa reshuffle bukan hanya layak dilakukan, tetapi sudah menjadi kebutuhan mendesak demi menjaga kesinambungan pemerintahan dan memperkuat tim ekonomi nasional. Ia bahkan menyebut nama Fuad Bawazier sebagai sosok yang paling pantas menggantikan Sri Mulyani.

Alumni Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tersebut Mengatakan Sri Mulyani adalah simbol kestabilan fiskal Indonesia selama hampir dua dekade. Ia pernah memimpin Kementerian Keuangan di masa Presiden SBY dan kembali dipercaya oleh Presiden Jokowi. Di mata pasar internasional, reputasinya solid. Namun, menurut sebagian kalangan, justru itu pula yang menjadi titik rawan: terlalu lama berada di pusat kekuasaan bisa menumpulkan sensitivitas terhadap perubahan zaman.

Baca juga Artikel ini :   KAJARI BIREUEN LAUNCHING PROGRAM DESA SIAGA ANTI KORUPSI DI DESA GAROT

Dr. Iswadi menilai Sri Mulyani sebagai sosok yang sudah mencapai batas maksimalnya. Perlu penyegaran, katanya, seraya menyoroti bagaimana beberapa kebijakan fiskal akhir-akhir ini dinilai stagnan dan kurang responsif terhadap gejolak sosial ekonomi rakyat. Ia tidak secara langsung menuding Sri Mulyani gagal, tapi menyiratkan bahwa kementerian keuangan membutuhkan “mesin baru yang lebih berani, tidak sekadar menjaga citra internasional, tetapi berani membersihkan dan membenahi dari dalam.”

Masuklah nama Fuad Bawazier. Mantan Menteri Keuangan era Orde Baru ini baru-baru ini ditunjuk sebagai Komisaris Utama BUMN Holding Tambang, MIND ID, oleh pemerintahan Prabowo. Pengangkatannya dinilai sebagai sinyal politik: Fuad tidak hanya kembali ke panggung strategis, tetapi juga menunjukkan adanya restu dari lingkar inti koalisi.

Fuad bukan orang baru dalam urusan keuangan negara. Ia pernah menjabat Dirjen Pajak dan dikenal vokal terhadap isu korupsi di lingkungan Kemenkeu. Bahkan, pada 2023, ia secara terbuka menyarankan Sri Mulyani mundur pasca berbagai skandal gaya hidup pejabat pajak. “Ini bukan soal pribadi, ini soal kredibilitas lembaga,” ujar Fuad waktu itu.

Baca juga Artikel ini :   Libur Nataru, Kepolisian Sektor Lut Tawar Intensifkan Patroli Dan Pengaturan Lokasi Wisata

Dr. Iswadi melihat Fuad bukan hanya sebagai ekonom, tetapi juga politisi senior yang memahami anatomi birokrasi fiskal dari dalam. Dengan latar belakang Gerindra, loyalitas politiknya tak diragukan. Ini penting dalam konteks pemerintahan Prabowo yang ingin memperkuat soliditas kabinet agar tidak tersandera oleh agenda pribadi atau kepentingan eksternal.
Bagi Dr. Iswadi, reshuffle kabinet bukanlah agenda sensasional. Ia menyebutnya sebagai langkah teknokratis yang harus diambil jika ada kementerian yang mandek atau gagal mengikuti arah kepemimpinan presiden. Ia bahkan mendukung Presiden untuk “menyingkirkan menteri-menteri yang tidak mau kerja atau tidak sejalan.”

Di tengah tekanan politik, reshuffle juga menjadi alat konsolidasi kekuasaan. Mengganti menteri bukan hanya soal evaluasi kinerja, tetapi juga penyesuaian dengan dinamika koalisi. Dalam hal ini, menggantikan Sri Mulyani dengan tokoh internal Gerindra bisa menjadi langkah yang secara politik menguatkan posisi presiden.

Namun, reshuffle juga menyimpan risiko. Beberapa ekonom memperingatkan bahwa menggantikan Sri Mulyani tanpa transisi yang halus bisa mengguncang kepercayaan pasar. Sri Mulyani selama ini menjadi wajah stabilitas ekonomi Indonesia di mata investor global. Menggesernya tanpa alasan yang kuat bisa dianggap sebagai langkah politik semata, bukan keputusan berbasis kinerja.

Baca juga Artikel ini :   Kejari Bireun Damaikan Perkara Penganiayaan Akibat Salah Paham Saat Pemilu

Pernyataan Dr. Iswadi tentang potensi penggantian Sri Mulyani dengan Fuad Bawazier bukan sekadar wacana liar. Ia adalah refleksi dari tarik-menarik kekuasaan di tubuh pemerintahan, antara loyalitas politik dan kebutuhan reformasi struktural. Di satu sisi, Sri Mulyani mewakili kesinambungan dan kredibilitas. Di sisi lain, Fuad Bawazier menawarkan semangat baru yang mungkin lebih agresif dalam membersihkan dan merombak sistem dari dalam.

Kini, semua mata tertuju pada Presiden Prabowo. Apakah ia akan mengambil risiko dengan menggeser salah satu simbol stabilitas ekonomi Indonesia? Atau ia memilih untuk menjaga keseimbangan demi mempertahankan kepercayaan pasar global?

Reshuffle bukan sekadar pergantian kursi. Ia adalah pernyataan arah politik. Dan ketika nama-nama besar mulai disebut secara terbuka, keputusan apa pun akan menjadi cermin karakter pemerintahan yang sedang berkuasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *