BENER MERIAHPertanian

Petani Kopi Di Bener Meriah Mengeluh, Harga Kopi Semakin Tidak Stabil

231
×

Petani Kopi Di Bener Meriah Mengeluh, Harga Kopi Semakin Tidak Stabil

Sebarkan artikel ini

0:00

Bener Meriah –satupena.co.id:  Menghadapi panen raya buah kopi, Harga komoditi kopi Arabika gayo di Kabupaten Bener Meriah khususnya di Kecamatan Bandar,terus mengalami penurunan hingga menyentuh harga Rp12.000 ( Dua Belas Ribu ) perbambu nya, (22/11/2024).

“Harga kopi saat ini di angka Rp12 ribu perbambu, sedangkan untuk harga sebelumnya pada dua minggu yang lalu di angka Rp15 ribu perbambunya,” kata Erliana salah seorong petani kopi,

Baca juga Artikel ini :   Asisten 2 Sayutiman,SE.,MM : PBK Sebagai Bekal Kaum Muda Dalam Menghadapi Dunia Kerja

Padahal, lanjut Erliana, pada masa panen ini mereka sangat mengharapkan harga kopi terus naik, agar dapat menjadi tabungan sewaktu kopi sudah habis panen.

“Di saat panen kopi, biasanya disitulah kesempatan kami untuk menabung, agar di saat kopi sudah tidak panen kami masih ada simpanan, tapi dengan harga yang sangat turun ini membuat kami bingung gimana nanti kedepannya,” jelasnya.

Baca juga Artikel ini :   Polres Bener Meriah Amankan Seorang Pria Diduga Sebagai Pelaku Penyalahguna Narkotika Jenis Sabu

Diketahui, sejak awal masa panen, harga kopi memang sudah tidak baik-baik saja. Dimana harga per bambunya hanya di angka Rp17 ribu.

“Awal masa panen harga kopi memang sudah turun, kami pikir harganya akan terus naik, tetapi nyatanya malah semakin turun sampai sekarang,” jelasnya.

Namun, penderitaan petani kopi tidak hanya di harga kopi yang terus menurun, mereka juga mengeluhkan banyak pembeli kopi yang tidak mempunyai uang untuk membeli kopi, sehingga akan bisa dibayar setelah toke tersebut mempunyai uang.

Baca juga Artikel ini :   Pj. Bupati Drs. Haili Yoga,M.Si : Sekolah Belangi Untuk Mewujudkan Keinginan Putra dan Putri Bener Meriah

“Saat kami menjual kopi ke toke, toke juga gak punya uang, dan itu sudah kami tanyakan ke beberapa toke mereka banyak tidak punya uang, jadi mau tidak mau kami harus tetap menjual kopinya sambil menunggu uangnya cair,” keluhnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *