AcehBENER MERIAHBeritaKemenkum HAM

Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal, Rutan Bener Meriah Perkuat Pembinaan Warga Binaan

60
×

Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal, Rutan Bener Meriah Perkuat Pembinaan Warga Binaan

Sebarkan artikel ini

0:00

Bener Meriah, Satupena.co.id.- Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Bener Meriah terus berinovasi dalam memperkuat proses pembinaan narapidana melalui pengembangan bahan ajar pendidikan karakter berbasis kearifan lokal. Program ini menjadi bagian dari upaya strategis dalam mendukung reintegrasi sosial dan pembentukan kepribadian warga binaan agar lebih siap kembali ke tengah masyarakat.22 Juli 2025.

Inisiatif tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian Hukum dan HAM RI melalui Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Kanwil Aceh, serta melibatkan unsur akademisi, budayawan, dan tokoh masyarakat Aceh. Kurikulum yang dikembangkan menekankan nilai-nilai budaya lokal seperti adat istiadat, norma sosial, serta seni dan tradisi khas Aceh. Pendekatan ini dinilai mampu membentuk karakter positif dengan menyentuh aspek emosional, spiritual, dan sosial warga binaan.

Baca juga Artikel ini :   Safari Ramadan, Kapolres Pidie Jaya dan Forkopimda Pererat Silaturahmi Dengan Masyarakat

Salah satu pemateri, Dr. Tgk. Fahkrurradhi, M.Pd., dalam penyampaiannya menekankan pentingnya kepatuhan terhadap aturan dan nilai-nilai moral.

“Kita sebagai manusia, khususnya sebagai warga binaan, harus mematuhi setiap aturan yang datang dari Allah SWT maupun dari manusia. Kita wajib mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Fahkrurradhi.

Baca juga Artikel ini :   Kapolsek Ulee Lheue Bersama Anggota Pasang Spanduk Himbauan Ditempat Rawan Curanmor

Kepala Rutan Bener Meriah, Heddry Yadi, menyampaikan bahwa pendidikan karakter berbasis budaya lokal sangat efektif dalam membentuk jati diri warga binaan.

“Dengan memahami nilai-nilai luhur Aceh, warga binaan tidak hanya menjadi pribadi yang lebih baik, tetapi juga dapat menjadi agen perubahan positif saat kembali ke masyarakat,” jelasnya.

Program ini tak hanya bersifat teoritis, tetapi juga dirancang aplikatif melalui lokakarya, diskusi kelompok, dan kegiatan seni budaya, sehingga mendorong keterlibatan aktif warga binaan dalam proses belajar. Para pengajar berasal dari petugas Rutan yang telah mendapatkan pelatihan khusus untuk menyampaikan materi dengan pendekatan interaktif.

Baca juga Artikel ini :   Pengamanan Kawasan Wisata Gunung Salak : Arus Lalu Lintas Terpantau Lancar

Melalui pelaksanaan program ini, diharapkan tingkat residivisme (pengulangan tindak pidana) dapat ditekan, dan warga binaan mampu menjalani hidup baru yang produktif serta berkontribusi positif bagi keluarga dan masyarakat setelah bebas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *