AcehBENER MERIAHBeritaOpini

Opini : Samar Kilang, Surga Tersembunyi di Ujung Bener Meriah: Saatnya Pemerintah Serius Kembangkan Agrowisata dan Alamnya

71
×

Opini : Samar Kilang, Surga Tersembunyi di Ujung Bener Meriah: Saatnya Pemerintah Serius Kembangkan Agrowisata dan Alamnya

Sebarkan artikel ini

Oleh: ( Iwan Karuna )
Editor ( Pujo P )

Satupena.co.id:  Kemukiman Samar Kilang atau secara administratif dikenal sebagai Kecamatan Syiah Utama, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh, ibarat permata hijau yang baru saja ditemukan setelah sekian lama bersembunyi di balik hutan tropis dan perbukitan di perbatasan Aceh Utara dan Aceh Timur,
Nama “Samar Kilang” dulu hanya akrab di telinga para petualang, pedagang hasil bumi, dan segelintir pegiat alam yang berani menembus jalan berbatu serta menyeberangi sungai berarus deras. Kini, seiring meningkatnya akses transportasi dan perhatian terhadap potensi lokal, pesona Samarkilang perlahan bangkit dari sunyi menghadirkan wajah Aceh yang alami, teduh, dan menjanjikan masa depan ekonomi berbasis alam.

Hamparan perbukitan hijau, hutan yang masih perawan, udara sejuk yang menyegarkan, serta aliran sungai sejernih kaca menjadikan Samarkilang sebagai wilayah dengan potensi luar biasa. Di sini, tanah subur memberi kehidupan bagi petani; sungai dan hutan menyediakan ruang wisata alam yang menenangkan jiwa; dan budaya lokal menjadi perekat harmoni masyarakatnya.
Inilah potret sempurna bagi pengembangan agrowisata berbasis alam dan budaya lokal, konsep yang bukan hanya menjanjikan kesejahteraan ekonomi, tapi juga menjaga keseimbangan ekologi dan kearifan masyarakat adat.

Baca juga Artikel ini :  Safari Subuh Rabu Berkah Di Masjid Babut Taubah, Wakapolres Aceh Tengah Sampaikan Bahaya Narkoba Dan Perjudian

Sayangnya, potensi besar ini masih seperti permata yang belum diasah. Banyak lokasi wisata di Samarkilang yang belum dikenal publik karena keterbatasan infrastruktur dan minimnya publikasi. Beberapa destinasi bahkan hanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki sejauh satu hingga dua jam. Salah satunya adalah Air Terjun Gonok, primadona setempat yang menampilkan keindahan air jernih di tengah rimbunnya hutan tropis. Ada pula Wisata Tansaran Seribu, sebuah kawasan dengan panorama alam luar biasa, namun masih menanti perhatian pemerintah untuk membuka akses yang layak.

Dulu, rakit bambu di Sungai Kala Meriah hanyalah sarana sederhana penghubung warga dengan dunia luar — jalan satu-satunya bagi petani untuk membawa hasil bumi menuju kota ke Lhoksukon. Kini, rakit itu menjelma menjadi ikon wisata sungai eksotis.
Bamboo rafting di Sungai Kala Meriah bukan sekadar hiburan, tetapi pengalaman yang membawa wisatawan menyelami sejarah lokal, merasakan denyut kehidupan masyarakat yang bersahaja, serta menghayati harmoni antara manusia dan alam.

Baca juga Artikel ini :  Babinsa Koramil 09/Ketol Laksanakan Sholat Subuh Berjamaah Bersama Warga

Selain rafting, masyarakat juga menghadirkan berbagai wahana wisata berbasis sungai seperti perahu mesin, arung jeram, hingga pelampung ban, semuanya dikelola secara swadaya. Kreativitas warga ini membuktikan bahwa dengan sedikit dorongan, mereka mampu menciptakan wisata yang bernilai ekonomi sekaligus ramah lingkungan.

Selain keindahan alam, sektor pertanian di Samarkilang juga sedang bertumbuh pesat. Petani yang dulunya hanya bergantung pada pinang dan kemiri kini mulai menanam padi, jagung, dan cabai. Pola pertanian ini tidak hanya memperkuat ketahanan pangan lokal, tetapi juga membuka peluang bagi pengembangan wisata edukasi pertanian (agro-eduwisata).


Wisatawan dapat belajar menanam, memanen, hingga menikmati hasil bumi langsung di ladang — pengalaman yang kini banyak dicari di era pariwisata berbasis pengalaman (experiential tourism).

Jika pemerintah daerah mampu mendukung dengan teknologi pertanian modern, pendampingan berkelanjutan, serta promosi yang tepat, Samarkilang bisa menjadi model agrowisata berkelanjutan di Aceh, bahkan di Sumatra.

Namun semua cita-cita itu tidak akan terwujud tanpa kehadiran nyata pemerintah. Masyarakat sudah berbuat semampunya membangun, menjaga, dan mengelola potensi lokal secara mandiri. Kini saatnya pemerintah hadir dengan langkah konkret:

Baca juga Artikel ini :  Harapan Dr. Iswadi, M.Pd Untuk Prabowo di Hari Kebangkitan Nasional

Meningkatkan infrastruktur jalan dan jembatan menuju lokasi wisata.Memberikan pelatihan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan wisata serta pertanian organik.

Membangun promosi digital dan branding wisata Samarkilang agar dikenal lebih luas secara nasional.
Mendorong kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, pelaku usaha lokal, komunitas, dan investor ramah lingkungan.

Kebijakan strategis semacam ini bukan hanya soal ekonomi, melainkan juga tanggung jawab moral menjaga warisan alam agar tetap lestari sambil memberdayakan masyarakat yang menggantungkan hidup di dalamnya.

Samarkilang bukan sekadar tempat indah, tetapi cermin dari kearifan lokal dan keteguhan masyarakat pedesaan dalam menjaga harmoni dengan alam. Di tengah derasnya arus modernisasi dan industrialisasi, Samarkilang mengingatkan kita bahwa kemajuan tak selalu berarti meninggalkan kesederhanaan.
Yang dibutuhkan hanyalah perhatian, komitmen, dan keberpihakan pada potensi daerah.

Kini saatnya Pemerintah Kabupaten Bener Meriah menatap Samarkilang bukan sebagai daerah pelosok, melainkan sebagai permata hijau di ujung barat Aceh yang siap bersinar, jika diberi kesempatan.