Aceh Timur, 2 Desember 2025 — Pascabanjir besar yang melanda Kecamatan Pante Bidari dan wilayah lainnya di Aceh Timur, harga kebutuhan pokok di kawasan tersebut melonjak tajam hingga mencapai kenaikan 50–100 persen. Kondisi ini membuat masyarakat semakin terhimpit di tengah situasi pemulihan pascabencana.
Di sejumlah pasar dan toko di Kecamatan Pante Bidari, hampir seluruh barang kebutuhan pokok mengalami kenaikan harga yang sangat tidak wajar. Telur ayam yang biasanya Rp55.000 per papan kini dijual Rp110.000, sementara beras 15 kg yang sebelumnya Rp200.000 kini melonjak menjadi Rp280.000 per sak.
Kenaikan serupa juga terjadi pada komoditas lain:
Air mineral kemasan gelas dari Rp15.000 menjadi Rp40.000 per dus
Ikan asin dari Rp40.000 menjadi Rp80.000 per kg, Eko mi hiri dari Rp40.000 menjadi Rp60.000 per bungkus, Minyak goreng curah dari Rp18.000 menjadi Rp25.000 per liter, Minyak merek MinyakKita dari Rp18.000 menjadi Rp28.000 per liter, Rokok refill dari Rp21.000 menjadi Rp25.000 per bungkus, Pertalite eceran menembus Rp25.000 per liter.
Warga mengeluhkan kenaikan harga yang terjadi bukan hanya tinggi, tetapi juga terjadi tidak merata, karena di Kota Panton Labu harga kebutuhan pokok masih normal seperti sebelum banjir. Situasi ini memicu dugaan adanya permainan harga oleh oknum pedagang di Lhôk Nibong dan sekitarnya.
“Tidak ada barang yang tidak naik harga di Lhok Nibong. Padahal di Panton Labu harga masih normal. Kenapa tidak ada petugas yang menjaga stabilitas harga? Seharusnya pemerintah hadir ketika pedagang mempermainkan harga seperti ini, ujar salah satu tokoh masyarakat Pante Bidari dengan nada kecewa.
Ia juga mempertanyakan hilangnya peran pemerintah daerah dalam mengendalikan harga pascabencana. “Kemana para pemimpin Aceh Timur? Kenapa mereka tidak hadir di saat rakyat sedang membutuhkan? tambahnya.
Warga berharap Pemerintah Kabupaten Aceh Timur, termasuk dinas terkait dan aparat penegak hukum, segera melakukan operasi pasar, inspeksi mendadak (sidak), serta memastikan tidak ada permainan harga di tengah penderitaan masyarakat pascabanjir.
Reporter: ZAS










