AcehACEH TIMURBeritaPemerintahSosial

Empat Tahun Menyemai Kasih: Dua Desa di Aceh Timur Bersatu untuk Anak Yatim

38
×

Empat Tahun Menyemai Kasih: Dua Desa di Aceh Timur Bersatu untuk Anak Yatim

Sebarkan artikel ini

0:00

Aceh Timur, Satupena.co.id.  Di bawah langit teduh Gampong Meunasah Leubok, Masjid Baitussalam kembali menjadi saksi kebersamaan yang menghangatkan hati. Untuk keempat kalinya, dua desa bertetangga, Meunasah Leubok dan Matang Kruet, bersatu dalam kegiatan santunan bagi 42 anak yatim, yang berlangsung pada Selasa, 25 Maret 2025.

Bukan sekadar seremonial, acara ini telah menjadi tradisi penuh makna yang mengikat hati masyarakat selama empat tahun. Setiap anak menerima santunan sebesar Rp900 ribu, disertai dua paket bantuan berisi kebutuhan pokok. Namun, lebih dari itu, yang mereka terima adalah kasih sayang, kebersamaan, dan kepastian bahwa mereka tidak pernah sendiri.

Di halaman masjid, terdengar gelak tawa anak-anak yang bermain, namun di sela itu, ada juga air mata haru yang tak terbendung. Mata-mata kecil penuh harapan menatap lekat amplop yang berpindah tangan, seolah merasakan hangatnya cinta yang terselip di dalamnya. Beberapa di antara mereka memeluk erat bantuan yang diberikan, menyadari bahwa di balik setiap pemberian ada ketulusan yang menguatkan.

Baca juga Artikel ini :   Propam Polres Pidie Laksanakan Gaktibplin Terhadap Personel

“Empat tahun kami menjaga tradisi ini. Bukan karena kami berlebih, tetapi karena kami ingin memastikan mereka tetap tersenyum,” ujar Keuchik Gampong Matang Kruet, Asyari Ismail, dengan suara bergetar.

Senada dengan itu, PJ Keuchik Gampong Meunasah Leubok, Zulkarnaini, mengungkapkan rasa syukurnya atas kekompakan warga dalam menyelenggarakan kegiatan ini. “Di sini, kami belajar bahwa berbagi tak selalu tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa besar keikhlasan yang kita berikan,” tuturnya penuh makna.

Baca juga Artikel ini :   Tingkatkan Resiliensi PMI Hongkong, BNPT RI Ajak Kuatkan Nilai Kebangsaan, Persatuan dan Kesatuan

Kegiatan ini turut dihadiri Sekretaris Camat Pante Bidari, Ibrahim, SE, yang dalam sambutannya mengapresiasi semangat gotong royong masyarakat dua desa. “Ketika dua desa bersatu, lahirlah kekuatan yang mampu menghapus air mata dan menggantinya dengan senyum,” katanya.

Selain itu, perwakilan Polsek dan Danramil Pante Bidari juga hadir, menunjukkan bahwa kepedulian terhadap sesama melampaui batas pangkat dan jabatan. Semua pihak bergandengan tangan, mengulurkan bantuan untuk anak-anak yang kehilangan kehangatan orang tua mereka.

Di sudut masjid, seorang anak perempuan bernama Salsabila, 8 tahun, duduk memeluk erat paket bantuannya. Dengan suara lirih, ia berkata, “Aku senang. Uangnya mau kubelikan buku dan pensil biar bisa terus belajar.” Senyumnya merekah, meski di balik itu tersimpan rindu yang tak pernah benar-benar hilang.

Baca juga Artikel ini :   Cegah Karhutla Saat Kemarau, Samapta Polres Aceh Tengah Berikan Edukasi dan Himbau Warga

Saat doa bersama dikumandangkan, air mata para hadirin tak lagi terbendung. Tangisan lirih menjadi saksi bahwa pertemuan ini lebih dari sekadar acara tahunan. Ia adalah pengingat bahwa kasih sayang tak mengenal batas waktu.

Empat tahun berlalu, dan tradisi ini terus hidup. Bukan sekadar perayaan, tetapi sebagai janji yang terpatri di hati: bahwa setiap anak di Meunasah Leubok dan Matang Kruet akan selalu memiliki keluarga yang mencintai mereka—keluarga yang tak pernah lelah menyemai kasih di tengah kehidupan.

Reporter: ZAS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *