LANGSA

Eko Susilo Mahasiswa Magister Pendidikan Sosial Menyimpan Potensi Sosial Yang Luar Biasa Ditengah Kuatnya Identitas Islam Yang Menjadi Ciri Khas Wilayah

39
×

Eko Susilo Mahasiswa Magister Pendidikan Sosial Menyimpan Potensi Sosial Yang Luar Biasa Ditengah Kuatnya Identitas Islam Yang Menjadi Ciri Khas Wilayah

Sebarkan artikel ini

0:00

 

Kota Langsa–satupena.co.id:
Eko Susilo Mahasiswa Magister Pendidikan Sosial Universitas Samadura Kota Langsa di Provinsi Aceh, menyimpan potensi sosial yang luar biasa Di tengah kuatnya identitas Islam yang menjadi ciri khas wilayah.

Informasi yang di terima awak media melalui Eko Susilo selaku Mahasiswa Universitas Samudra (UNSAM) pada Kamis (29/05/2025) mengatakan,” Kota Langsa juga menjadi rumah bagi masyarakat dari beragam latar belakang etnis dan agama. Kehadiran etnis Aceh, Gayo, Jawa, Tionghoa, Batak, dan lainnya menjadikan kota ini sebagai miniatur pluralisme. Namun, keberagaman ini tidak serta-merta menjamin harmonisasi, ” ucapnya.

Hal tersebut Diperlukan upaya kolektif dan kesadaran sosial untuk membentuk integrasi yang sehat dan berkelanjutan dalam konteks Langsa, etnisitas dan agama sering kali menjadi identitas penting dalam kehidupan sosial.

Baca juga Artikel ini :   Masyarakat Kampung Tengah Penerima Bantuan Sembako Mendapat Pesan Khusus Dari Babinsa Koramil 02/ Langsa

Eko Susilo menambahkan, ” bahwa Mahli Zainuddin Tago pada tahun 2027 penah melakukan penelian terkait studinya Etnisitas, Agama, dan Integrasi Sosial di Negeri Rantau. Dari hasil penetiannya identitas semacam ini tidak selalu menjadi sumber perpecahan terhadap komunitas Minangkabau perantauan menunjukkan bahwa identitas kultural bisa tetap dijaga tanpa menghambat kohesi sosia, selama ada nilai-nilai fondasi, seperti toleransi, keadilan, dan saling menghormati, ” ungkap Eko Susilo Selaku Mahasiswa UNSAM.

Untuk di Kota Langsa sendiri, nilai-nilai ini sebenarnya telah hidup dalam budaya masyarakat lokal, seperti Praktik gotong royong, saling bantu dalam tradisi keagamaan, dan penghormatan terhadap adat merupakan potensi kultural yang bisa menjadi basis integrasi sosial.

Baca juga Artikel ini :   Pembunuhan Siswi MTsN: DPO Kasus Mayat Dalam Karung Ditangkap di Langsa

Pendekatan Durkheim tentang solidaritas sosial sendiri menunjukkan bahwa integrasi terbentuk melalui nilai kolektif yang diterima dan dijalankan oleh masyarakat secara bersama.” Oleh karena itu, memperkuat nilai-nilai tersebut menjadi kunci agar perbedaan tidak berubah menjadi konflik.

Eko Susilo menjelaskan, ” Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan lintas etnis dan agama, seperti dialog budaya, kegiatan sosial bersama, dan partisipasi dalam pembangunan lokal, dapat memperkuat modal sosial, menjadi sebuah konsep penting yang disoroti Robert Putnam. Modal sosial yang kuat tercermin dalam tingginya kepercayaan antarkelompok, kemampuan bekerja sama, dan partisipasi aktif dalam urusan publik. Pemerintah kota, sekolah, dan organisasi sipil perlu menjadi fasilitator utama dalam memperluas ruang-ruang perjumpaan lintas identitas ini, ” penjelasan Mahasiswa Magister Pendidikan Sosial Universitas Samadura Kota Langsa.

Baca juga Artikel ini :   Bawaslu Mengelar Apel Siaga Pengawasan Pemilu Serentak Tahun 2024

Kota Langsa juga memiliki peluang besar untuk menjadi model integrasi sosial di Aceh dan Indonesia secara umum. Syaratnya, keberagaman harus dikelola sebagai kekuatan, bukan ancaman di tengah arus politik identitas yang kian menguat, penting bagi kota ini untuk menegaskan bahwa perbedaan bukan alasan untuk terpecah, melainkan peluang untuk tumbuh bersama, dengan nilai lokal yang kuat, dukungan kebijakan yang inklusif, dan partisipasi warga yang aktif, Langsa dapat menjadi teladan kota damai yang berhasil merawat etnisitas dan agama dalam satu ikatan sosial yang utuh. (Eri Beo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *