Aceh Timur, kamis 21 Agustus 2025 – Polemik seputar peran Salamudin Usman dalam dinamika kekuasaan Aceh Timur memasuki babak baru. Setelah sebelumnya memberikan klarifikasi resmi melalui pesan WhatsApp kepada wartawan satupena.co.id, yang kemudian dijadikan dasar pemberitaan berjudul “Sosok Playmaker di Balik Kekuasaan Bupati Aceh Timur Iskandar Usman Al-Farlaky” pada 19 Agustus 2025, Salamudin justru diduga berang begitu berita sudah tayang.
Yang membuat publik tercengang adalah ucapannya sendiri. Dalam bahasa Aceh, Salamudin Abang Bupati Iskandar Usman Alfarlaky melontarkan kalimat bernada emosi lewat pesan whatsapp nya.
“Ikah kalheuh ka baca, ka baca ilei, lheuh nyan ka edit lom gam.”
(Itu sudah kau baca, kau baca dulu, nanti itu kau edit lagi laki)
Pernyataan yang bernuansa emosional ini sontak menimbulkan pertanyaan: apa yang sebenarnya membuat Salamudin gusar? Bukankah ia sendiri sebelumnya telah memberikan bantahan panjang, yang justru dimuat lengkap untuk menjaga keberimbangan berita?
Media Satupena.co.id menegaskan bahwa pemberitaan tersebut sudah sesuai dengan kode etik jurnalistik. Informasi diverifikasi, konfirmasi dilakukan, dan klarifikasi Salamudin dimuat tanpa pengurangan. Dengan demikian, tudingan bahwa berita itu hanya berdasarkan isu tidak dapat dibenarkan.
Reaksi Salamudin ini akhirnya membuka ruang kritik lebih luas. Publik mulai menilai, jika seorang pejabat pendidikan saja menanggapi sorotan media dengan nada emosional, bagaimana mungkin ia bisa menjadi teladan bagi dunia pendidikan? Figur publik semestinya menjawab kritik dengan argumentasi, bukan dengan kemarahan.
Apalagi, posisi Salamudin selama ini memang sudah sering menjadi sorotan. Mulai dari dugaan keterlibatan dalam pengelolaan dana beasiswa 2017, hingga penguasaan mobil dinas Pemkab Aceh Timur yang kala itu ia akui digunakan atas izin sang adik, Bupati Iskandar. Kini, reaksi emosionalnya justru memperkuat kesan bahwa ia gelisah dengan sorotan publik yang semakin tajam.
Publik Aceh Timur pun kian dibuat bertanya: apakah yang terjadi ini sekadar salah ucap karena tersulut emosi, atau memang ada hal-hal lain yang membuat Salamudin begitu resah? Yang jelas, cara berkomunikasi seorang pejabat adalah cermin dari wibawa institusi yang ia wakili.
Dalam konteks ini, publik wajar kecewa. Sebab, daripada menunjukkan sikap sebagai pendidik yang arif dan dewasa, Salamudin justru tampil dengan wajah emosional yang menegasikan klarifikasi resminya sendiri.
Reporter: ZAS










