ACEH TENGAH

Anak Gayo Asal Bintang Aceh Tengah di Pakistan, Perlu Biaya Berobat dan Pulang ke Tanah Air

16
×

Anak Gayo Asal Bintang Aceh Tengah di Pakistan, Perlu Biaya Berobat dan Pulang ke Tanah Air

Sebarkan artikel ini

0:00

Takengon- satupena.co.id

Dua hari ini, video berdurasi 1 menit 58 detik beredar di group-group Whatsapp Gayo dan viral di media sosial Gayo. Dalam video tersebut, Susilawati, warga asal Kampung Bintang yang tinggal di Simpang Belgia, Kung, Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah, memohon bantuan dari berbagai pihak untuk biaya pengobatan sekaligus biaya pemulangan anaknya, Noprizal Putra (27 tahun), yang saat ini menuntut ilmu di Karachi, Pakistan, Asia Selatan, ke tanah air.

“Saya memohon kepada Bapak/Ibu untuk pengobatan anak saya, juga agar bisa pulang ke Indonesia,” katanya penuh harap dalam video tersebut. Dilanjutkan isteri alm. Busran tersebut, yang juga berasal dari Kampung Bintang dan merupakan korban konflik Aceh, juga sudah berkomunikasi dengan Diaspora Indonesia-Inggris sekaligus Inisiator World Gayonese Community (Diaspora Gayo Dunia), yang saat ini tinggal di London, Yusradi Usman al-Gayoni, membahas persoalan yang dihadapinya, setelah mengikuti keberhasilan pemulangan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Gayo (Aceh Tengah dan Bener Meriah, Tanwir Ayubi, Muhammad Fahmi, dan Al Muttakim) korban online scammer dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Kamboja, di mana Yusradi terlibat sejak awal dalam upaya pemulangan tersebut.

Baca juga Artikel ini :   Bupati Apresiasi Polres Aceh Tengah atas Peresmian Kampung Bebas Narkoba di Kampung Bukit

Noprizal Putra, terang Susilawati, menamatkan Raudhatul Athfal (TK) Bintang Fajar di Bintang tahun 2004 dan tamat Madrasah Tsanawiyah Negeri Bintang tahun 2013. “Selesai MTsN, anak saya sempat ngaji selama enam bulan di Arul Gading, Pintu Rime Gayo, Bener Meriah. Setelah itu, masuk pesanteren Karang Rejo Kecamatan Bukit Bener Meriah. Di sana, belajar Al-Qur’an selama dua bulan, sampai tahun 2017. Keinginannya untuk belajar agama Islam, sangat kuat. Namun, sempat juga menganggur karena keadaan ekonomi,” sebutnya.

Dari Gayo, Noprizal Putra, lalu melanjutkan pendidikannya ke Magelang, Jawa Tengah. Selama lima tahun (2018-2022), mendalami kitab kuning, tasawuf, dan hadis. “Saat di Magelang, ada kegiatan ke Pakistan. Dia ikut teman-temannya. Biaya keberangkatannya, visa, paspor, tiket, dibantu ustaz dan teman-temannya. Kemauannya tinggi, semangat, dan tekadnya luar biasa, untuk belajar dan mendalami agama Islam, meski keadaan ekonomi saya terbatas. Syukur alhamduilllah, selama nyantri di Gayo dan di Magelang, Baitul Mal Aceh Tengah sempat membantu tiga kali, kurang lebih Rp. 5.500.000,-” tuturnya.

Diungkapkan Susilawati, selama di Pakistan, anaknya berjualan stiker dan kalender untuk biaya pondok, memperpanjang visa, dan kebutuhan sehari-hari, sambil belajar agama. “Tahun pertama, dia belajar bahasa Urdu. Kemudian, lanjut ke kelas lima, langsung kelas misykat. Saat ini, sudah kelas daurotull hadis. Akibat sering sakit, jadi jarang masuk. Tahun 2017, dia sempat sakit usus lipat dan dioprasi. Tahun 2020, sakit hernia, dioperasi juga. Karena makan yang tidak teratur, sakitnya sering kambuh, mengingat situasi di sana, termasuk keterbatasan ekonomi saya. Karenanya, setelah menelponnya beberapa hari belakangan ini, mengingat biaya dan mempertimbangkan banyak hal, diputuskan sebaiknya pulang saja. Jadinya, lebih mudah berobat, ada BPJS dan nanti bisa meneruskan pendidikan di sini, sambil dia pun bisa mengajar, buat membantu biaya dan operasial pendidikannya,” tuturnya.

Baca juga Artikel ini :   Kapolres Aceh Tengah Dan Forkopimda Cek Pos Pam Ops Lilin Seulawah 2024 Disertai Pemberian Bingkisan

Secara terpisah, saat dikonfirmasi melalui pesan WA dari Inggris (19/8/2025), Yusradi Usman al-Gayoni, membenarkan apa yang disampaikan Susilawati melalui video yang beredar. “Rabu, tanggal 13 Agustus 2025, Ibu Susilawati me-WA saya, menceritakan kondisi anaknya di Karachi, Pakistan. Melihat tekad dan perjuangan anaknya yang luar biasa, sampai ke luar negeri, di tengah keterbatasan Ibu Susilawati, patut diapresiasi, dijadikan penyemangat, dan contoh untuk maju. Tentunya, kita coba bantu sebisanya. Saya kemudian menyarankan, agar Ibu Noprizal langsung ke Baitul Mal Aceh Tengah. Tanggal 14 Agustus 2025, saya juga berkomunikasi langsung dan membahas terkait Noprizal dengan Ketua Baitul Mal Aceh Tengah, Azkia Umar dan komisioner lainnya: Azhar Aziz, Fakhruddin Cibro, dan Uun Fajaruna,” aku Yusradi.

Baca juga Artikel ini :   Dukung Swasembada Pangan, Polsek Pegasing Matangkan Lahan untuk Penanaman Jagung

Jika nantinya Baitul Mal Kabupaten Aceh Tengah, sebutnya, tidak ada anggaran dan tidak bisa membantu, maka melalui World Gayonese Community (Diaspora Gayo Dunia) dengan melibatkan pihak lainnya juga, insyaAllah akan menggerakkan eteng-eteng iyak, alang tulung beret bebantu (open donasi, fund raising), seperti yang dilakukan untuk pemulangan PMI asal Gayo di Kamboja. “Opsi eteng-eteng iyak tadi, sejak awal sudah saya sampaikan ke Ibu Susilawati, sambil melihat perkembangan pengobatan dan kesehatan Noprizal di Pakistan dan kepastian Baitul Mal Aceh Tengah. Jika urgent, eteng-eteng iyak segera kita jalankan. Saat bersamaan, saya coba berkoordinasi dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar negeri, di Pakistan. Mohon doanya, semoga pengobatan dan kepulangan Noprizal berjalan lancar,” tutup Yusradi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *