Aceh Timur, satupena.co.id – Kepemimpinan sejati tidak hanya terlihat ketika meresmikan pembangunan atau menghadiri pesta panen. Ia juga diuji di saat-saat sulit, ketika warga membutuhkan dukungan moral dan kehadiran nyata. Itulah yang diperlihatkan Keuchik Hermanto, pemimpin Gampong Pante Rambong, Kecamatan Pante Bidari kabupaten Aceh Timur pada Sabtu (9/8/2025). Hari itu, ia kembali melangkah ke rumah duka — kali ini keluarga almarhum Abdul Karim, warga Dusun Alue Rincong, yang meninggal dunia pada hari yang sama.
Hermanto bukan sekadar datang untuk menyampaikan belasungkawa. Tapi Ia membawa santunan kematian yang bersumber dari Dana Desa tahun anggaran 2025, diserahkan langsung di hadapan keluarga yang berduka, didampingi Kepala Dusun Mukhlis. Santunan tersebut menjadi yang kelima di tahun ini, bukti bahwa kepedulian pemerintah gampong tidak mengenal jeda.
“Kami ingin memastikan, tidak ada warga yang merasa sendirian di masa-masa sulit. Santunan ini adalah tanda bahwa pemerintah gampong hadir bukan hanya untuk mengatur, tetapi juga merangkul, ujar Hermanto.
Bagi masyarakat Pante Rambong, Hermanto bukan sekadar keuchik. Ia adalah sosok yang mau turun langsung ke lapangan, berbicara dari hati ke hati, dan memahami bahwa kepemimpinan bukan hanya soal kebijakan, tapi juga keteladanan. Dalam setiap musibah, ia tak pernah lelah hadir — mengantar santunan, mendengarkan keluh kesah, dan memeluk erat warganya.
“Keuchik kita bukan tipe yang duduk di kantor saja. Kalau ada warga sakit, beliau datang. Kalau ada yang meninggal, beliau hadir. Warga percaya karena beliau selalu ada, ungkap Mukhlis, Kepala Dusun Alue Rincong.
Program santunan kematian ini lahir dari komitmen bersama pemerintah gampong dan warga untuk membangun solidaritas yang diputuskan melalui musyawarah desa tahunan, Dengan dukungan Dana Desa, setiap keluarga yang kehilangan anggota akan mendapat bantuan sebesar Rp: 1 Juta rupiah, setidaknya untuk meringankan beban biaya pemakaman. Namun, di mata banyak warga, nilai terbesar bukan pada uangnya, melainkan rasa diperhatikan.
Kepercayaan masyarakat terhadap Hermanto semakin menguat karena konsistensinya. Lima kali penyaluran santunan di tahun 2025 menjadi catatan bahwa ia memimpin dengan prinsip keberlanjutan, bukan sekadar aksi sesaat. Kepercayaan ini pula yang membuat warganya merasa tenang, yakin bahwa dalam situasi apapun, pemimpinnya akan berada di garda terdepan.
Kepemimpinan seperti ini menumbuhkan rasa memiliki di antara warga. Mereka tak hanya melihat Hermanto sebagai pejabat, tapi sebagai bagian dari keluarga besar Pante Rambong. “Bagi kami, Keuchik Hermanto adalah pelindung dan penopang di saat suka maupun duka,” kata salah satu warga yang hadir di rumah duka.
Di tengah banyaknya kisah pemimpin yang jauh dari rakyatnya, Pante Rambong justru memiliki cerita berbeda: tentang pemimpin yang berjalan bersama warganya, yang menjadikan kepercayaan sebagai modal utama, dan yang memahami bahwa kehadiran di saat duka adalah bentuk pelayanan tertinggi, Dan selama kepemimpinan Hermanto masih berlanjut, warga Pante Rambong percaya — tidak akan ada air mata yang jatuh sendirian.
Reporter: ZAS










