Gambar Poto Ilustrasi. Sumber Google
Aceh, Satupena.co.id.– Menjelang bulan suci Ramadhan, masyarakat Aceh kembali menghidupkan tradisi Megang, sebuah warisan budaya yang telah berlangsung turun-temurun. Tradisi ini menjadi momen penting bagi masyarakat Aceh dalam menyambut bulan penuh berkah dengan kebersamaan dan doa.
Megang, yang biasanya dilaksanakan satu atau dua hari sebelum awal Ramadhan, ditandai dengan berbagai kegiatan, mulai dari ziarah kubur, membersihkan rumah, hingga memasak hidangan khas. Salah satu ciri khas dari tradisi ini adalah pemotongan hewan, khususnya sapi atau kambing, yang kemudian dimasak menjadi berbagai hidangan khas seperti kuah beulangong (gulai daging khas Aceh). Hidangan ini kemudian dinikmati bersama keluarga dan kerabat sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur.
Selain itu, masyarakat juga berbondong-bondong mengunjungi makam keluarga untuk berdoa dan mengenang leluhur. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal, seperti penghormatan kepada orang tua dan kebersamaan dalam masyarakat.
Pemerintah daerah dan berbagai lembaga adat turut mendukung pelaksanaan Megang agar tetap lestari. Dalam beberapa tahun terakhir, tradisi ini juga menjadi daya tarik wisata budaya bagi masyarakat luar yang ingin mengenal lebih dekat kebudayaan Aceh.
Dengan tetap menjaga nilai-nilai luhur dalam tradisi Megang, masyarakat Aceh diharapkan dapat menyambut Ramadhan dengan hati yang bersih dan penuh rasa syukur.
Tentang Tradisi Megang
Tradisi Megang merupakan bagian dari budaya masyarakat Aceh yang telah berlangsung sejak masa Kesultanan Aceh. Seiring perkembangan zaman, tradisi ini terus dipertahankan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan persiapan spiritual dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Penulis ( Pujo P )