Malang –Satupena.co.id: Uri uri kebudayaan Malang Selatan, Pemerintah Desa Srigonco menggelar pertunjukan Wayang Kulit semalam suntuk dengan cerita atau lakon,Tumurune Wahyu Eko Bawono. yang dibawakan oleh Dalang Ki Martak Harsono , dalam memperingati 1 Suro 2024 atau 1 Muharram 1446 Hijriah, bertempat di Pantai Regent Balekambang, Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Senin (8/7/2024) malam.
Acara ini di hadiri Forkopincam, Muspika Bantur, SekCam Bantur Heru Irawan Aji S.Ap , serta beberapa kades wilayah Bantur, Marlin (Bandungrejo) Kuslan (Kades Sumberbening) Abdul Manaf (Kades Rejonyoso) Mislan (Kades Tumpakrejo) juga Tampak hadir Kader dari Partai Golkar / Bakal Calon Bupati Malang Bpk. Dwi Indrotito Cahyono S.H, juga Sesepu Sutrisno Budoyo, Perangkat Desa Srigonco dan warga masyarakat Desa Srigonco.
Dwi Indrotito Cahyono, SH, saat ditemui awak media menyampaikan acara seperti ini saya apresiasikan karena khususnya kalangan masyarakat jawa masih mengenal bulan-bulan sakral dan sering diadakan sebagai momentum untuk pelaksanaan upacara adat, salah satunya adalah tradisi yang dilakukan pada bulan Suro atau tradisi Suran.
Upacara adat tradisi Suran yang masih hidup di tengah masyarakat kita, dalam menyambut kedatangan bulan Suro merupakan prosesi kegiatan yang dilakukan masyarakat sebagai wujud Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunianya. Tandasnya.
Senada SekCam Bantur Heru Irawan, juga menuturkan Tradisi yang banyak dilakukan ini telah berlangsung secara turun temurun, dan dalam perkembangannya kemudian telah menjadi salah satu ikon potensi wisata yang diminati wisatawan.
Pelaksanaan upacara tradisional ini sangat penting dalam upaya bersama untuk melestarikan kekayaan budaya bangsa. Ucapnya.
Mbah Siono Karyo Utomo (Ketua Adat) menyampaikan, Upacara tradisional memuat berbagai nilai luhur yang berkaitan hubungan antara manusia dengan manusia (kemasyarakatan), manusia dengan alam semesta, maupun manusia dengan Tuhan.
Nilai-nilai luhur itu termanifestasikan dalam berbagai bentuk, baik kegiatan yang dilakukan, maupun makna pada perlengkapan upacaranya.
“Nilai-nilai luhur itu tidak mungkin dapat ditangkap dan dimengerti apabila tidak mampu menghayati terhadap eksistensi upacara tradisi itu sendiri.
Untuk itulah, kiranya perlu dukungan yang optimal, selain dari kelompok masyarakat sendiri sebagai pelaku, juga dari berbagai pihak, agar upacara tradisional dapat dilestarikan sekaligus dikembangkan sesuai dengan sikap hidup dan pandangan budaya Jawa” pungkasnya.
Sementara Kepala Desa Didit Puji Leksono S.Pt juga menjelaskan Tradisi Suran dikalangan masyarakat Jawa banyak yang memperingati dengan pertujuan wayang kulit, dengan mengambil cerita yang berkaitan dengan momentum bulan suro.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan pelaksanaan Program Pengembangan Nilai Budaya, Kegiatan Pelestarian kepercayaan dan Tradisi, sekaligus melestarikan budaya tradisional yang memuat ajaran dan nilai-nilai budi pekerti luhur.